Bingung bikin judulnya, tapi sebenarnya sekarang rek rada cerita saeutik. hahahahaha......
Hari ini tanggal 8 oktober 2012, hari yang agak aneh juga sih. Ceritanya gue mau kuliah. Dari pertama gue udah tau sih bakalan hujan dan memang pas keluar rumah langit memang begitu mendung dan air hujan mulai bertebaran di halaman rumah, walopun masih sedikit-sedikit, tapi cukup untuk membuat pakaianku basah. yaaah bulan-bulan sekarang memang sudah waktunya musim penghujan.

Gue pun menyalakan motor, kemudian menggilas aspal jalanan dengan dikerumuni butiran-butian air hujan yang jatuh dari langit. Singkat cerita di pertengahan perjalanan akhirnya hujan pun mengeroyok gue, sebenarnya sih gue bawa jas hujan, tapi entah kenapa gue ngerasa males pakai jas hujan saat itu, akhirnya motor pun gue kepinggirkan dan nyari tempat untuk berteduh.

Ditempat gue berteduh tersebut ada banyak orang dan ada salah satu bapak-bapak yang menyilahkan kan, aduh bahasanya kok agak kaku yah, maklum bukan ahli bahasa, yah pokoknya si bapak tadi (gue sengaja ga sebutin namanya dengan alasan tertentu) istilah kasarnya nyuruh gue duduk di sampingnya, sambil menunggu hujan reda, gue bercengkrama dengan si bapak tadi, dan ternyata si bapak tadi, maaf, adalah seorang pemulung dan beliau tidur dipinggir jalan, dia pun menunjukkan ke gue tempat dia tidur ketika malam. Dengan tidak mengurangi rasa hormat gue terhadap yang lebih tua, gue ga ngerasa risih atau punya perasaan negatif atau apapun ketika bercengkrama dengan si bapak itu.

Ketika bercengkrama dengan gue, si bapak itu, menceritakan banyak hal tentang dirinya dan yang gue sedihnya ketika si bapak itu menceritakan keluarganya, yaitu istri dan anaknya. Kata si bapak itu, istri dan anaknya meninggal ketabrak bis ketika akan nyebrang, terus terang yang bikin gue agak kesel denger si bapak itu cerita yaitu supir bis yang nabrak istri dan anaknya, ketika dimintai pertanggung jawaban malah nonjok si bapak itu, terangnya.

Tak habis pikir, kenapa ada orang setega itu :(
Dan si bapak tadi menceritakan juga keinginannya untuk pulang ke rumahnya, karena keterbatasan dana untuk ongkos pulang ke rumahnya, dia coba untuk terus bertahan menjalani hidup seperti itu. Walopun tiap malam sebelum tidur ia selalu menangis karena mengingat keluarganya. Uang yang ia dapatkan dari hasil menjual barang rongsokan hanya cukup untuk membeli rokok dan kopi, mau beli nasi hari itu ga cukup, karena hasil menjual rongsokan yang ia dapatkan hari itu hanya 3000 rupiah, sedangkan harga nasi 7-10 ribu rupiah, katanya.

Yang bikin gue salut ia ga mau nerima uang dari orang lain, entahlah alasannya apa. Dia hanya mengandalkan hasil dari jual barang rongsokan yang ia temukan untuk menghidupi dirinya, walopun ia ingin segera pulang ke rumahnya. Ia bilang mungkin setelah mendapatkan uang yang cukup untuk ongkos pulang, ia akan pulang dan ga akan kembali ke Bandung. Setelah pulang nanti ia bilang akan bertani dan tidur nyenyak di kasur, tidak seperti sekarang ini, ungkapnya sambil tersenyum.

Setelah bercerita panjang lebar, ga sadar semua orang yang sedang berteduh sudah ga ada dan memang hujan pun udah mulai reda. Gue ga bisa lama-lama disitu karena gue ada jadwal kuliah, kemudian gue pun pamitan sama si bapak itu dan ia bilang hati-hati yah de diperjalanannya. gue bilang iya, sambil tersenyum. Mungkin liat gue, ia teringat anaknya. Jadi sedih kalo denger cerita si bapak tadi.
 
© 2018 Cucunguk Rieut All Rights Reserved. | Privacy Policy | Disclaimer | Kontak - Aku Blogger
Top